Tuesday, December 25, 2007

Pupuk organik dari limbah alkohol dan sampah pasar


Salah satu upaya untuk membantu mengatasi permasalahan sampah pasar adalah melakukan daur ulang sampah plus limbah alkohol menjadi pupuk organik berupa “kompos” dengan diperkaya bahan lain menjadi pupuk organik granulair.

Daya beli petani yang tidak terjangkau terhadap pupuk kimia, lahan pertanian yang makin kurus dan asam akibat pemakaian pupuk kimia dalam jumlah besar dan terus menerus, produktifitas menurun, akan menambah daftar kesedihan yang makin panjang bagi petani.

Dengan adanya upaya pengolahan sampah pasar plus limbah alkohol menjadi pupuk organik ganulair diharapkan dapat meringankan beban petai sekaligus tanah akan mejadi subur, produktifitas meningkat, pada akhirnya kesejahteraan dicapai.

Manfaat pembuatan pupuk organik granulair dari bahan baku sampah pasar dan limbah alkohol:

1. Pengkomposan merupakan metoda daur ulang yang alamiah, dan mengembalikan bahan organic kedalam siklus biologis.
2. Mengurangi pencemaran lingkungan, seperti : bau sampah yang menyengat, air limbah sampah (Leachate) yang dapat mencemari air tanah dan sungai, yang merupakan sumber penyakit.
3. Pemakaian kompos atau pupuk organik pada lahan pertanian, perkebunan, kehutanan akan meningkatkan kemampuan lahan dalam menahan air, sehingga terjadi konservasi air.
4. Kompos atau pupuk organik ganulair juga mempunyai kemampuan memperbaiki dan menigkatkan kondisi kesuburan tanah (konservasi tanah).
5. Pengurangan tumpukan sampah akan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
6. Pengkomposan berjalan pada suhu tinggi sehingga dapat mematikan berbagai macam sumber bibit penyakit yang ada pada sampah.
7. TPA dapat digunakan dalam waltu yang lebih lama, sehingga mengurangi investasi lahan TPA.

Pembuatan kompos dari sampah pasar plus limbah alkohol, kemudian dilanjutkan untuk diperkaya kandungan organiknya menjadi pupuk organik granulair, mengunakan teknologi open windrow.
Dosis Pemakaian Pupuk organic granulair per 1 hektar :
1. Padi Sawah : 600 kg
2. Palawija / Sayuran : 750 kg

Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Reaktor Mini anaerob pabrik alkohol





Limbah anaerob (LAA) mempunyai kandungan sebagai berikut :



( Analisa dari laboratorium tanah puslitagro PG. Jatitujuh )

Dari hasil analisa tersebut ternyata kandungan N,P,K masih sangat rendah sehingga perlu diperkaya dengan tambahan bahan-bahan organik lainnya, dan ditambahkan mikroorganisme penangkap N dari udara, pelarut posfat didalam tanah, hormon pemacu tumbuh dan lain-lain, sampai mencapai kebutuhan dosis pupuk N,P,K berimbang, sehingga akan dihasilkan produk pupuk organik cair untuk daun dan buah.

Karateristik dari pupuk organik ini :

· Memiliki N paling sedikit 10 %
· Memiliki P2O5 paling sedikit 10 %
· Memiliki K2O paling sedikit 10 %
· Memiliki kapasitas tukar kation : 20 – 24
· Mengandung mikroorganisme tanah, strain dominan
· Mengandung unsur pemacu tumbuh

Kegunaan untuk : Padi, Palawija, Sayuran, Tanaman Keras

Dosis untuk 1 hektar :

Cara pemakaian PC (daun/buah) diencerkan dengan air terlebih dahulu, kemudian dispray kan seperti pemakaian herbisida

Monday, December 24, 2007

Gas methan sebagai bahan bakar dari limbah alkohol

Seperti telah disinggung pada tulisan sebelumnya, bahwa dari limbah alkohol dapat diproduksi pupuk organik, juga hasil yang lain berupa gas methan. Manfaat dari gas methan bisa digunakan sebagai bahan bakar pada home industri maupun untuk kebutuhan rumah tangga.

Nilai ekonomi yang diperoleh :

Asumsi : Limbah pabrik alkohol 300 m3/hari
Untuk reaktor mini volume 150 m3, yaitu dengan umpan 15 m3/hari maka akan menghasilkan produk gas methan sebanyak : 15 x 20 = 300 m3 gas methan (bio gas) atau setara dengan 0,6 x 300 =180 liter minyak tanah atau sama untuk keperluan 90 kepala keluarga yang mengkonsumsi bahan bakar tersebut perhari.
Sehingga manfaat limbah pabrik alkohol pada kapasitas 300 m3/hari = 300/15 x 90 = 1800 Kepala keluarga yang membutuhkan bahan bakar biogas.

Dari angka-angka tersebut dan apabila kolaborasi antara produsen alkohol dengan masyarakat dan dukungan dari pemerintah setempat maka akan mendapatkan manfaat bersama, yaitu :

1.Produsen alkohol dalam mengelola limbah pabriknya akan teratasi masalahnya, karena hasil pengolahan limbah seluruhnya dimanfaatkan oleh masyarakat atau pihak lain yang membutuhkan.

2.Masyarakat dan pihak lain yang menggunakan bahan bakar (minyak tanah/gas) mendapat bahan bakar pengganti yaitu biogas sebagai bahan bakar yang murah.
3.Keuntungan pemerintah dalam mengatasi kesulitan bahan bakar dapat teratasi dengan alternatif ini, sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

Sunday, December 23, 2007

Reaktor Mini Untuk Limbah alkohol

Limbah pabrik alkohol atau biasa disebut vinasse adalah cairan pekat berwarna coklat kemerahan seperti kecap, mempunyai kandungan organik yang tinggi dengan kandungan COD +100.000 ppm dan kandungan BOD + 80.000 ppm. Sudah barang tentu limbah pabrik ini tidak bisa langsung dibuang ke sungai atau sawah penduduk, karena akan menyebabkan kerusakan lingkungan,seperti : tanaman, biota air dan rembesan pada sumur-sumur penduduk.

Limbah ini harus diolah terlebih dahulu sampai memenuhi baku mutu limbah cair yang dipersyarakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, yaitu kandungan BOD + 150 ppm, dan limbah akhir layak untuk hidup biota air (spt: ikan, udang dan lain-lain).

Pengolahan limbah dengan cara biologis yaitu dengan bantuan mikroorganisme anaerob dan aerob tidak bisa mencapai baku mutu limbah yang dipersyaratkan karena limbah akhir masih mengandung COD sekitar 15.000 ppm dan warnanya masih pekat yang tidak dapat untuk kehidupan biota air, serta bau masih menggangu kenyamanan lingkungan.

Pengolahan limbah dengan cara chemist dan phisist, ternyata masih mahal sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakan. Sedangkan pengolahan limbah dengan teknologi baru seperti dengan membran molekul dengan kapasitas limbah yang besar masih diragukan kontiunitasnya.

Menurut penulis untuk mengolah limbah alkohol tersebut yang paling mungkin bisa dilaksanakan dan memberi manfaat bagi masyarakat adalah dengan cara biologis namun harus dikolaborasikan dengan masyarakat yang membutuhkan dan juga ada dukungan dari pemerintah daerah setempat, yaitu dengan membuat reaktor-reaktor mini kapasitas olah limbah 15 m3/hari yang disebarkan ke masyarakat yang membutuhkan.

Manfaat dari pengolahan biologis ini akan menghasilkan produk pupuk organik dan gas metan yang dibutuhkan untuk kepentingan home industri atau rumah tangga.
Penulis dalam hal ini akan menjelaskan manfaat dan cara pembuatan pupuk organik dari limbah pabrik alkohol terlebih dahulu sedangkan untuk produk gas metan akan dibahas lebih lanjut.

Pupuk organik ini mempunyai pH 7-8 sehingga dapat membantu netralisasi tanah sawah yang pada umumnya asam, yaitu pH 4-5. Tanah sawah yang asam ini akibat dari pemakaian pupuk kimia (urea) secara terus menerus dan jumlah yang besar, juga mengakibatkan tanah menjadi kurang subur dan keras. Berdasarkan pengalaman penulis pupuk organik ini mempunyai kemampuan sebagai penyubur tanah (fertilizer), disamping kelebihan yang lainnya seperti produktifitas, citra rasa produk tanaman lebih enak dan alami dibanding menggunakan pupuk kimia.

Aplikasi dilapangan pemakaian pupuk organik hasil dari pengolahan limbah anaerob ini bisa di mixed dengan pupuk kimia, dengan langkah kerja sebagai berikut :

1. Sebelum dibajak limbah anorganik ini dialirkan ke sawah, biarkan 1-2 minggu
2. Selanjutnya pemakaian pupuk Urea, TSP, KCL, seperti biasa dilakukan, namun dosisnya dikurangi menjadi 50-60%


Dengan demikian kolaborasi antara pabrik alkohol dengan masyarakat dan dukungan pemerintah setempat menghasilkan manfaat yang akan dirasakan bersama.

Nasib pabrik alkohol (BUMN) yang semakin merana

Kondisi perusahaan-perusahaan milik BUMN, khususnya pabrik alkohol semakin tidak berdaya dikarenakan biaya produksi semakin naik, sedangkan harga jual masih rendah. Sementara kita telah ketahui bersama bahwa kegunaan alkohol tidak saja digunakan untuk keperluan farmasi, produk antara,solvane dan lain–lain. Melainkan salah satu alternatif bahan pengganti bahan bakar minyak bumi.

Pemerintah telah membentuk tim nasional pengembangan bahan bakar nabati, yang akan menghasilkan bioetanol dari bahan aren, singkong, tebu dan lain-lain, dengan adanya peraturan pemerintah No.5/2006 menargetkan penggunaan bahan bakar nabati secara bertahap, yaitu
2 % pada th.2005–2010 kemudian 3 % 2001-2015 dan 5 % 2016-2025 Disebutkan pula bahwa pertamina telah ditunjuk oleh pemerintah untuk menerima produk alkohol sebagai bioetanol pencampur premium, asal kontiuitas pasokan dan mutu alkohol terjaga yaitu dengar kadar 99%.

Selama 3 tahun pemerintah memerlukan rata-rata 30.833.000 liter bioetanol perbulan, dari kebutuhan tersebut pasokan yang tersedia hanya 0,4% atau 137.000 liter perbulannya saja, sehingga pemerintah kekurangan 30.696.000 liter bioetanol.

Nampaknya pabrik alkohol milik BUMN ini tidak segera berperan serta terhadap rencana pemerintah tersebut, mungkin karena keterbatasan informasi.

Masalah pokok yang dihadapi pabrik alkohol ini adalah :

1. Mekanisme pasar
Pasar alkohol kadar 95% selama ini dijual bebas dipasaran dengan harga Rp.4500-Rp.5000/liter, volume penjualan masih belum maksimal karena ditentukan oleh mutu alkohol dari masing-masing produsen.
2. Kenaikan cukai
Adanya kenaikan cukai dari Rp.2500-Rp.10000/liter menyebabkan daya beli pasar semakin menurun.

Solusi dari permasalahan tersebut menurut penulis adalah :

1. Mekanisme pasar ditingkatkan dari pasar bebas ke Pertamina, sebagai penerima bahan bakar alternatif pengganti bensin (bioetanol)
2. Mutu alkohol ditingkatkan dari kadar 95% menjadi 99%, sehingga dapat diterima oleh pertamina sebagai subtitusi premium.
Untuk meningkatkan mutu alkohol tersebut merupakan sesuatu hal yang sangat mungkin yaitu dengan sentuhan teknologi misalnya : absorpsi dengan Ziolit sintetis, filtrasi dengan membran molekul, dan lain-lain.

Saturday, December 22, 2007

Solusi Mensiasati Substitusi Bahan Bakar di Pabrik Gula

Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa PG dalam menjalankan prosesnya mempunyai bahan bakar sendiri, yaitu berasal dari ampas tebu, menurut teori : kebutuhan ampas untuk bahan bakar PG sangat mencukupi bahkan lebih, namun dalam kenyataannya, PG kekurangan bahan bakar ampas, sehingga mensubtitusi dengan minyak residu (FO = Fuel Oil) yang harganya sangat mahal sehingga sangat mempengaruhi laba/rugi perusahaan, hal ini disebabkan karena PG yang ada di jawa masih merupakan peninggalan pemerintah colonial belanda sehingga peralatannya sudah sangat tua, sehingga sangat mungkin sering terjadi kerusakan disetiap stasiun pengolahannya, solusi untuk mengatasi hal tersebut selain merevitalisasi peralatan PG yang jelas sangat mahal nilainya, ada solusi lain yang berasal dari dalam sources PG itu sendiri, dalam hal ini penulis menyoroti alternative dalam pengganti ampas yaitu :

1. Daun tebu kering (kletekan)
2. Blotong (hasil Endapan Stasiun pemurnian)

Sebenarnya pemakaian daun tebu kering dan blotong ini di PG sudah pernah dilakukan, namun sayangnya tidak sampai optimal dalam penangannannya, seperti :

1. Pemakaian daun tebu kering (kletekan) sudah dilakukan dengan mencincang daun tebu kemudian dipress dengan tenaga manual, selanjutnya dibakar di dapur ketel, seharusnya kletekan tersebut dipotong dengan mesin khusus sehingga menjadi halus dan lembut (ampas tebu halus), proses selanjutnya bisa di mixed dengan blotong kering/halus atau dengan bubuk batubara, bila perlu ditambah campuran tetes kemudian dipress hidrolik dengan ukuran: 40 x 20 cm2 yang merupakan bal dari daun tebu kering, bahan bakar ini bisa disimpan di gudang sebagai stock yang digunakan apabila ampas tebu habis.
2. Asumsi 1 hektar lahan tebu menghasilkan 70 ton tebu siap giling, apabila daun kering sama dengan 5% tebu giling berarti dalam 1 hektar terdapat 5 % x 70 ton = 3,5 ton / hektar, apabila pabrik gula mengolah lahan tebu sebesar 5000 hektar berarti 5000 x 3,5 ton = 17500 ton / PG, yang setara dengan :
asumsi nilai bakar daun tebu kering = 1.500 kkal dan nilai bakar FO = 10.000 kkal

1.500 kkal x 17.500.000 = 3.281.250 Liter Fuel Oil
10.000 kkal 0,8

Atau kalau dalam rupiah

3.281.250 Liter Fuel Oil x Rp. 4500 = Rp. 14,7 Milyar


Nilai diatas tersebut adalah sangat membantu untuk mengganti subtitusi minyak FO (Fuel Oil) yang di gunakan oleh PG selama ini, sehingga alternative solusi diatas sangat membantu terhadap laba/rugi perusahaan, sehingga impactnya dapat membantu kesejahteraan karyawan perusahaan.